Mengenal Suku Madura


 perkembangan suku madura

                suku madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak blakan serta sifatnya yang keras dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. selain itu orang madura dikenal mempunyai tradisi islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual pethik laut atau roakt tasse. harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang madura, mereka memiliki sebuah peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata).
Sebagian besar orang suka Madura memang mendiami pulau Madura. Sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari empat kabupaten, yaitu:




                                                                                                               
  1. bangkalan
  2. sampang
  3. sumunep
  4. pamekasan




Struktur fisik orang Madura, pada umumnya orang Madura berkulit coklat matang dan gelap, rambut bergelombang, ikal dan ukuran tubuh sedang, sepertinya mereka memiliki ras mirip ke India-indiaan dari ras Tamil, atau mungkin mendekati ras Weddoid. Clurit, alat pertanian dan senjata serta logat bahasa orang Madura juga mirip dengan orang India terutama Tamil. Kemungkinan mereka adalah bangsa-bangsa yang bermigrasi dari daratan India ke tanah Jawa, dengan membawa kebudayaan Hindu, sebelum masa Kerajaan Majapahit hadir di tanah Jawa. Akan tetapi budaya islam amat sangat melekat dalam kehidupan orang Madura.


Faktor demografi Suku Madura

               Hubungan antara pelabuhan-pelabuhan di Madura dan kota-kota di pantai Jawa Timur membawa dampak besar bagi kedua belah pihak, khususnya masyarakat Madura. Dengan munculnya Undang-Undang Agraria pada tahun 1870, membuat Jawa Timur menjadi kawasan perkebunan yang besar. Serta membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar pula. Masyarakat Madura dengan geografis dan ekonominya yang buruk, tidak melewatkan kesempatan ini. Atas dasar faktor ekonomi sebagian besar masyarakat Madura bermigrasi ke wilayah Jawa Timur. Banyak yang menetap dan tinggal disana, namun ada pula yang tetap pulang ke Madura tiap bulannya. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui factor penarik dan pendorong, serta dampaknya bagi orang Madura dan masyarakat asli Jawa Timur dari adanya migrasi orang-orang Madura ke Jawa Timur tahun 1870- 1930.

Banyaknya lahan-lahan perkebunan baru yang membutuhkan tenaga kerja, membuat peluang kerja mereka semakin besar, proses migrasi tersebut tejadi secara berantai. Dampak migrasi di daerah tujuan pada akhirnya menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk, bertambahnya tingkat kepadatan penduduk, perkembangan wilayah, diferensiasi sosial dan mobilitas sosial. Meskipun begitu sikap toleran dan menghargai perbedaan tetap terjada diantara penduduk asli dan para migran.

               
                                                                    
kebudayaan dan kepribadian

             dimadura terdapat tradisi carok, Carok berasal dari bahasa kawi kuno yang artinya perkelahian. Tradisi carok merupakan tradisi pertarungan atau perkelahian antara dua orang atau dua keluarga besar dengan menggunakan senjata tradisional clurit. Pertengkaran ini biasanya berkaitan dengan harga diri, baik diri pribadi maupun keluarga. Lebih banyak biasanya dipicu masalah perebutan wanita. Terkadang tradisi carok ini bisa membawa pada munculnya korban jiwa.


Hasil gambar untuk tradisi carok suku madura

Suku Madura memegang prinsip hidup “ Lebbhi bagus pote tolang etembheng pote mata “, yang artinya lebih baik putih tulang (mati) daripada putih mata (menahan malu). Oleh sebab itu bila terjadi permasalahan yang menyangkut harkat dan martabat diri suku Madura, maka carok merupakan solusi jalan keluarnya. Filosofis inilah yang sempat memunculkan konflik budaya dengan kebudayaan suku dayak ketika suku Madura bermigrasi ke tanah Kalimantan.





Daftar Pustaka

Sadik, A. Sulaiman, Memahami jati diri, Budaya, dan Kearifan Lokal Mudura, Surabaya : Bina Pustaka Jaya, 2013
 Sa


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demokrasi Digital

ILMU SOSIAL DASAR